Wednesday, April 27, 2011

Jauhkan diri dari ghibah (mengumpat)


بسم الله الرحمن الرحيم

NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya.” (HR. Muslim)

Tiada manusia yang sempurna dalam segala hal kecuali Rasulullah s.a.w. Biar pun indah pada rupa, tapi gaya bicaranya sangat lemah. Elok dalam penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinggung, kuat di satu sisi, tapi lemah di sudut yang lain.

Sebahagian dari kita, ada yang boleh menahan diri untuk tidak membicarakan aib orang lain, tapi ada juga sebahagian dari kita yang sulit menahan diri untuk tidak menggambarkan keburukan seseorang kepada orang lain. Bagi sebahagian orang, hal ini terasa sulit, kerana lidah kerap kali jadi nakal. Selalu saja terjentik untuk menyampaikan isu-isu baru yang menarik. Walau sebenarnya dia mengetahui, bahawa sesuatu yang menarik buat orang lain kadang buruk buat bahan yang dibicarakan. Di situlah ujian seorang mukmin untuk mampu memilih dan menilai, mana yang perlu dikhabarkan dan mana yang tidak. Perhatikan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut, "Tidak akan masuk syurga orang yang suka mendengar berita rahsia orang lain." (Al-Bukhari).

Sebaiknya, sebelum kita memberi reaksi terhadap aib orang lain, lihatlah dengan jujur seperti apa diri kita lebih baik atau lebih buruk? Apabila ternyata kita lebih baik, maka bersyukurlah, namun jika ternyata kita lebih buruk, maka segera bertaubat. Inilah yang dimaksud dengan, "bahawa seorang mukmin, adalah cermin bagi mukmin lainnya. Dan bila kita menemukan bahawa diri kita masih lebih baik dari saudara mukmin yang lain, maka jangan hendaknya menjadikan kita sombong dan sesuka hati menyebarkan aib orang lain."

Perbuatan seperti ini selainnya tidak baik menurut perasaan dan akal sihat kita, ternyata syariat yang mulia pun mengharamkannya bahkan menekankan untuk melakukan yang sebaliknya iaitu menutup dan merahsiakan aib orang lain.

Ketahuilah wahai saudaraku, siapa yang suka menceritakan kekurangan dan kesalahan orang lain, maka dirinya pun tidak aman untuk diceritakan oleh orang lain. Seorang ulama salaf berkata, “Aku mendapati orang-orang yang tidak memiliki cacat cela, lalu mereka membicarakan aib manusia maka manusia pun menceritakan aib-aib mereka. Aku dapati pula orang-orang yang memiliki aib namun mereka menahan diri dari membicarakan aib manusia yang lain, maka manusia pun melupakan aib mereka.”

Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bersaudara. Perhatikan firman Alllah SWT berikut ini,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al Hujuraat 49 : 10)

Ketahuilah, orang yang gemar membicarakan aib orang lain, sebenarnya tanpa ia sedari, ia sedang memperlihatkan jati dirinya yang asli, iaitu, tidak boleh memegang rahsia, lemah kesetiakawanannya, penggosip, penyebar berita bohong (kerana belum tentu yang diceritakannya benar). Ketahuilah, semakin banyak aib yang ia bicarakan dan disebarkan, maka semakin jelas keburukan diri si penyebar.

Lihatlah pula firman Allah SWT berikut ini,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat 49 :12).

Perhatikan hadith berikut ini: "Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka Allah SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat." (HR. Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)

Perhatikan juga sabda Rasulullah s.a.w. berikut ini: "Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi s.a.w.: Engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi s.a.w.: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya." (HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)

Jadi bila masih ada dari kita yang kadang masih suka membicarakan dan atau mengungkapkan aib orang lain (sekalipun aib itu benar) maka sedarlah segera, kerana ghibah merupakan dosa besar yang hanya akan diampuni, setelah orang yang kita ghibah memaafkan kita. Dan biasanya, kebanyakan dari kita, sangat malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan kita, pada orang yang telah kita bicarakan aibnya.

Jika engkau merasa keras hatimu dan lemah badanmu dan berkurang rezekimu, maka ketahuilah bahawa engkau telah membicarakan yang bukan kepentinganmu.

Friday, April 22, 2011

Si pesakit kusta, si botak dan si buta


بسم الله الرحمن الرحيم

DARI Abu Hurairah r.a bahawa dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil, iaitu: seorang penderita sakit kusta, seorang berkepala botak, dan seorang buta. Allah ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang Malaikat. Pertamanya datanglah Malaikat itu kepada si penderita sakit kusta dan bertanya kepadanya, "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?' Ia menjawab, "Rupa yang elok, kulit yang indah, dan apa yang telah menjijikkan orang-orang ini hilang dari tubuhku." Maka diusap-usapnya kulit penderita sakit kusta itu dan hilanglah penyakit yang dideritanya, serta diberilah ia rupa yang elok dan kulit yang indah.

Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?" Jawabnya, "Unta atau sapi." Maka diberilah ia seekor unta yang bunting dan didoakan, "Semoga Allah melimpahkan berkah~Nya kepadamu dengan unta ini."

Kemudian Malaikat itu mendatangi orang berkepala botak dan bertanya kepadanya, "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?" Ia menjawab, "Rambut yang indah yang hilang dari kepalaku apa yang telah menjijikkan orang-orang." Saat Malaikat itu mengusap kepala orang yang botak itu, maka hilanglah penyakitnya serta tumbuhlah rambut yang indah. Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Kekayaan apa yang paling kamu senangi?" Jawabnya, "Sapi atau unta." Maka diberilah ia seekor sapi bunting dan didoakan, "Semoga Allah melimpahkan berkah~Nya kepadamu dengan sapi ini."

Selanjutnya Malaikat tadi mendatangi si buta dan bertanya kepadanya, "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?" Ia menjawab, "Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat.' Maka diusap-usapnya wajah orang buta itu, dan ketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya. Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Lalu, kekayaan apa yang paling kamu senangi?" Jawabnya, "Kambing." Maka diberilah seekor kambing bunting kepadanya.

Waktu berselang, maka berkembang biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga orang pertama mempunyai selembah unta, orang kedua mempunyai selembah sapi, dan orang ketiga mempunyai selembah kambing.

Dengan perintah Allah datanglah Malaikat itu lagi kepada orang yang sebelumnya menderita sakit kusta dengan menyerupai dirinya dan berkata, "Aku ini seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku, sehingga aku tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan kamu. Demi Allah yang telah memberi kamu rupa yang elok, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku meminta kepada kamu seekor unta saja untuk bekal melanjutkan perjalananku." Tetapi dijawab, "Hak-hak (tanggunganku) banyak."

Malaikat yang menyerupai orang penderita sakit kusta itu pun berkata kepadanya, "Sepertinya aku mengenal kamu. Bukankah kamu ini yang dulu menderita sakit kusta, orang-orang jijik kepada kamu, lagi pula orang melarat, lalu Allah memberi kamu kekayaan?' Dia malah menjawab, "Sungguh, harta kekayaan ini hanyalah aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat." Maka Malaikat itu berkata kepadanya, "Jika kamu berkata dusta, nescaya Allah akan mengembalikan kamu kepada keadaan kamu dahulu." Setelah malaikat meninggalkannya, maka dengan serta merta Allah mengembalikan penyakitnya dulu semula dan segala kekayaannya lenyap.

Kemudian Malaikat tersebut mendatangi pula orang yang sebelumnya botak dengan menyerupai dirinya berkepala botak, dan berkata kepadanya seperti yang dia katakan kepada orang yang pernah menderita sakit kusta. Namun ia ditolaknya sebagaimana telah ditolak oleh orang pertama itu. Maka berkatalah Malaikat yang menyerupai dirinya itu kepadanya, "Jika kamu berkata dusta, nescaya Allah akan mengembalikan kamu kepada keadaan seperti dahulu." Bila Malaikat itu beredar, demikianlah juga Allah mengembalikan keadaan orang itu seperti dulu berkepala botak dan miskin.

Akhirnya, Malaikat tadi mendatangi pula orang yang sebelumnya buta dengan menyerupai dirinya pula, dan berkatalah kepadanya, "Aku adalah seorang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rezeki) dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak akan dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan kamu. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan kamu, aku meminta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku."

Orang itu menjawab, "Sungguh, dahulu aku buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka, ambillah apa yang kamu suka dan tinggalkan apa yang kamu suka. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit kamu dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah kamu ambil kerana Allah." Malaikat yang menyerupai orang buta itupun berkata, "Peganglah kekayaan kamu, kerana sesungguhnya kalian ini hanyalah diuji oleh Allah. Allah telah redha kepada kamu, dan murka kepada kedua teman kamu."

Hikmah: Tiga orang dalam hadith di atas mewakili dua contoh yang berbeza, seorang sebagai contoh orang yang bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah dan dua orang yang kufur akan nikmat~Nya. Dengan syukur, nikmat akan terjaga dan jika kufur maka nikmat akan lenyap dan terangkat.

Sumber: Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab hadis tentang orang berpenyakit kusta, orang buta dan orang botak Bani Israil (6/500 no. 3464). Dan Bukhari menyebutkannya secara ringkas sebagai penguat dalam Kitabul Iman wan Nudzur, (11/540), no. 6653. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabuz Zuhd war Raqaiq, (4/2275), no. 2964. Hadis ini dalam Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 18/398.

Sekian, moga ia mendatangkan manfaat yang banyak.

Monday, April 18, 2011

Pesan Imam As-Syafiee


بسم الله الرحمن الرحيم


TIPUAN PALSU
Aku melihat tipu muslihat dunia,
tatkala ia hinggap di atas kepala-kepala manusia,
dan membincangkan manusia-manusia yang terkena tipunya.

Bagi mereka,
Orang sepertiku tampak amat tak berharga.
Aku disamakan olehnya,
dengan anak kecil yang sedang bermain di jalanan.

MENCINTAI AKHIRAT
Duhai orang yang senang memeluk dunia fana,
Yang tak kenal pagi dan sore dalam mencari dunia,
Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu,
kepada duniamu itu.
Kerana kelak engkau akan berpelukan,
Dengan bidadari di syurga.
Apabila engkau harap menjadi penghuni syurga abadi,
maka hindarilah jalan menuju api neraka.

RENDAH HATI
Bagaimana mungkin kita dapat sampai ke Sa’ad,
Sementara di sekitarnya terdapat gunung-gunung
dan tebing-tebing. Padahal aku tak beralas kaki,
dan tak berkenderaan.
Tanganku pun kosong dan,
jalan ke sana amat mengerikan.

TENTANG CINTA
Engkau durhaka kepada Allah,
dan sekaligus menaruh cinta kepada~Nya.
Ini adalah suatu kemustahilan.
Apabila benar engkau mencintai~Nya,
pastilah engkau taati semua perintah~Nya.
Sesungguhnya orang menaruh cinta,
Tentulah bersedia mentaati perintah orang yang dicintainya.
Dia telah kirimkan nikmat~Nya kepadamu,
setiap saat dan tak ada rasa syukur,
yang engkau panjatkan kepada~Nya.

KEPUASAN (QANA'AH)
Aku melihat bahawa kepuasan itu pangkal kekayaan,
lalu kupegang erat-erat hujungnya.
Aku ingin menjadi orang kaya tanpa harta,
dan memerintah bak seorang raja.

ANUGERAH ALLAH
Aku melihat~Mu pada saat penciptaanku,
yang penuh dengan anugerah.
Engkaulah sumber satu-satunya,
pada saat penciptaanku.
Hindarkan aku dari anugerah yang buruk.
Kerana sepotong kehidupan telah cukup bagiku,
hingga saat Engkau mematikanku.

Sumber : Sufinews.com



IKUTI MAJLIS ILMU 'TURATH ULAMA' DI TV 1

Setiap hari Selasa jam 6.30 petang
Kitab Faridatul Faraid Fi ‘Ilmil ‘Aqaid karangan
Ahmad Ibn Muhammad Zain ibn Mushtofa ibn Muhammad Al-Fatoni
Disyarahkan oleh Ustaz Azhar Hasyim
Sila muat turun Kitabnya di SINI

Setiap hari Rabu jam 6.30 petang
Kitab Munyatul Musolli karangan
Al-'Allamah Syeikh Daud ibn 'Abdullah Al-Husaini Al-Fatoni
Disyarahkan oleh Ustaz Abd Halim Saad
Sila muat turun Kitabnya di SINI


Friday, April 15, 2011

Kebahagiaan Para Sahabat bersama Rasulullah..


بسم الله الرحمن الرحيم

RASULULLAH s.a.w. diutuskan kepada umat manusia dengan membawa pesan dakwah Rabbaniyyah dan tidak memiliki propaganda apa pun tentang tujuan duniawi. Maka kita melihat bahawa beliau s.a.w. tidaklah memiliki gudang harta, hambaran kebun yang luas dan tidak pula tinggal di istana megah layaknya para raja dan pemimpin.

Saat pertama kali beliau menampakkan dakwah dan menyeru masyarakat kala itu untuk beriman, hanya beberapa orang saja yang telah diberi hidayah oleh Allah yang mencintainya yang bersumpah setia untuk mengikuti ajaran mulia yang dibawanya.

Mereka para sahabat yang jumlahnya sedikit saat itu tetap teguh memegang janji meskipun pelbagai kesulitan dan ancaman datang bertubi-tubi. Begitulah, kekuatan iman dan mahabbah (cinta) mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. Saat jumlah mereka masih sedikit, masih lemah dan selalu diliputi ancaman orang-orang di sekitarnya, mereka tetap teguh mencintai Rasulullah s.a.w.

Di antara mereka ada yang dipinggir oleh keluarganya, disingkirkan oleh masyarakatnya, dipersulit perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan derajatnya di depan khalayak, diusir dari kampung halaman bahkan tidak sedikit yang merasakan seksa orang-orang kafir, seperti Bilal bin Rabah misalnya yang diseksa oleh tuannya Umayyah dalam terik matahari di atas pasir sahara yang panas lalu dadanya ditindih dengan batu besar. Demikian pula dengan sahabat ‘Ammar, ayahnya Yasir dan ibunya Sumayyah mati syahid di tangan penyeksaan di hadapan dirinya. Dan masih banyak contoh lain. Namun, meskipun demikian, kecintaan dan pengorbanan mereka terhadap Rasulullah s.a.w. tak goyah sedikit pun, justeru dengan itu semua makin kuat dan mantap keimanan dan kecintaan mereka.

Kaum Mukminin seringkali mendapat cubaan saat menjalankan dakwah. Mereka tidak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi keluarga dan diri mereka diancam akan dibunuh, bahkan adakalanya mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan dan penderitaan yang cukup lama. Namun mereka tetap berprasangka baik kepada Allah dan tetap mencintai kekasih Allah, Rasulullah s.a.w. Di samping beliau selalu memberikan dorongan dan semangat dengan janji-janji Allah dan syurga yang telah dipersiapkan untuk mereka.

Tak sedikit sahabat muda yang tak sempat menikmati masa mudanya layaknya anak muda yang lain. Kerana mereka senantiasa ikut berperang berjihad bersama Rasulullah s.a.w., di bawah bayang-bayang kilatan pedang, demi membela keyakinan, keimanan dan kecintaan mereka yang tulus. Tentang mereka ini pernah dikatakan: “Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau, dan menebarkan bau wangi yang semerbak.”

Begitulah, pada masa itu para pemuda siap berangkat ke medan perang dan menjemput maut, yang ertinya adalah syurga dan redha Allah. Meskipun demikian, mereka tidak gentar sedikit pun dan justeru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata atau pesta di malam hari raya, mengandung kesenangan dan kenikmatan tersendiri menurut pandangan mereka. Dan itu tak lain juga didorong oleh kecintaan mereka terhadap Rasulullah s.a.w.

Mereka bahagia hidup bersama beliau, walaupun kadangkali harus menahan lapar dan haus beberapa hari. Mereka merasakan nikmat dengan memandang dan berbicara dengan beliau, sekalipun kadang keluarga dan kerabat mereka tidak punya. Mereka akan menuruti dan tunduk terhadap apa yang diperintahnya. Mereka melakukan apa yang beliau lakukan, meninggalkan apa yang beliau tinggalkan, menjauhi apa yang beliau jauhi, sungguh kecintaan yang sejati yang terpatri dalam sanubari. Semoga keredhaan Allah selalu meliputi mereka.

Syahdan, seorang sahabat pernah diutus oleh beliau untuk masuk ke kandang musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Padahal dia sedar bahawa kemungkinan dirinya tidak selamat. Namun ternyata tugas ini tetap dikerjakannya. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta menjalankan suatu tugas, dia menyedari bahawa tugas itu adalah tugasnya yang terakhir. Namun dia tetap berangkat dengan gembira.

Mengapa mereka para sahabat itu, sedemikian rupa mencintai Rasulullah saw? Mengapa mereka sangat bahagia dengan Risalah yang dibawanya, merasa tenteram dengan manhaj (jalan)nya, sangat gembira menyambut kedatangannya dan mampu melupakan semua rasa sakit, kepedihan, kesulitan, tentangan dan ancaman yang dulu pernah menimpa mereka, demi mengikuti Rasulullah s.a.w.?

Jawapannya adalah kerana mereka melihat pada diri Nabi Muhammad s.a.w. terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga tanda-tanda kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan dengan sentuhan lemah lembut dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka. Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi hati siapa saja. Dan dengan risalahnya, beliau mampu menyejukkan dan menyenangkan jiwa mereka.

Rasulullah s.a.w. juga berhasil menusukkan kerelaan pada jiwa setiap sahabatnya. Maka tidak mustahil bila mereka tidak lagi memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah mereka. Sebab, kukuhnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah melupakan semua luka, tekanan dan kesengsaraan itu.

Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya, menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan belenggu-belenggu jahiliyah dan menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka. Dan lebih dari itu beliau berhasil menyirami hati-hati mereka dengan air iman dan keyakinan, sehingga hati dan jiwa mereka senantiasa sejuk dan damai selalu.

Ada banyak faktor yang membuat kecintaan sahabat begitu besar terhadap Rasulullah s.a.w. Di antaranya, saat bersama beliau mereka selalu merasakan kenikmatan hidup yang sejati, saat berada dekat dengannya mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada di bawah payung ajaran dan dakwahnya mereka merasakan ketenteraman dan kedamaian, dengan mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan dan dengan meneladani sunnah-sunnahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an (yang ertinya): “Dan tidaklah Kami utus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai Rahmat untuk sekalian alam” (QS. Al Anbiyaa’:107)

Sungguh, mereka para sahabat, pencinta Nabi Muhammad yang sejati benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam erti yang sebenarnya. Mereka menyaksikan semua yang dilakukan oleh kekasih mereka dan meneladaninya. Maka, sangatlah pantas mereka berbahagia dan bergembira. Sekian...

[ Salam dari Shah Alam 14/11/11 ]

Sumber : Ustaz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus

Monday, April 11, 2011

Membangkit ummah bahagia..


بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, segala puji dan syukur untuk Allah Azza wa Jalla kerana telah mentakdirkan kita masih lagi hidup sebagai seorang muslim mukmin, dan mudah-mudahan Allah kurniakan kepada kita dengan limpah rahmat kasih sayang dan redha~Nya akan sifat-sifat taqwallah dan mengurniakan kepada kita bantuan dan pertolongan untuk menjauhi segala perbuatan derhaka kepada Allah SWT dan juga terhadap Nabi s.a.w. zahir dan batin, kerana orang-orang yang soleh dan hampir kepada Allah SWT mengatakan bahawa kebaikan dunia dan akhirat ini disebabkan oleh taqwallah.

Jika kita mahu kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, satu sahaja jalannya iaitu taqwa kepada Allah SWT. Maknanya melaksanakan setiap titah perintah Allah Taala baik perintah itu merupakan yang wajib ataupun sunnah dan menjauhi segala larangan Allah baik merupakan yang haram ataupun makruh dan berhati-hati mengambil atau melakukan perkara yang harus kerana boleh jadi perkara harus itu adakala ia boleh berubah menjadi haram atau makruh. Selain daripada itu berusaha sedaya mungkin sambil memohon pertolongan daripada Allah Taala untuk menjaga adab dan akhlak nabawiyah solehah seperti yang Rasulullah s.a.w. ajar kepada kita.

Sabda Rasulullah s.a.w., "Hanyasanya aku ini diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." [HR Thabrani] Itulah sebenarnya Rasulullah s.a.w. dan juga para nabi diutuskan di dunia ini. Sehebat mana manusia di dunia ini di sudut pembangunan materialnya tetapi dari sudut adab dan akhlaknya rosak, kita akan melihat orang ini bermasalah dari watak, karakter dan sebagainya dan akan mendatangkan masalah kehidupan kepada manusia lain. Bila wujud ramainya orang seperti ini maka keadaan kehidupan kita dalam lingkungan mereka akan tergugat kerana bilangan orang yang berakhlak amat sedikit sehingga tiada contoh yang baik dapat dilihat oleh sebahagian daripada kita.

Islam datang hanya menyempurnakan ketinggian akhlak dari segi meletakkan asas yang bertunjangkan aqidah beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta mengajar manusia bagaimana cara perlaksanaan yang betul kepada nilai akhlaq tersebut. Semuanya terkumpul di dalam Iman, Islam, Taqwa dan Ihsan yang pada teorinya keempat-empat perkara ini boleh disusun tertibkan antara satu sama lain tetapi pada hakikatnya ia terjelma dalam bentuk satu adunan di alam praktikal dalam peribadi seseorang.

Jika sekiranya umat Islam menghiasi diri mereka dengan ketinggian akhlak serta diasaskan di atas asas Iman, Islam, Taqwa dan Ihsan, sudah tentu mereka akan mendahului umat lain di dunia ini kerana akhlaq mereka pasti lebih kuat dengan asas-asas tadi jika dibandingkan dengan umat lain dan perlaksanaan akhlak mereka untuk mendapat balasan akhirat yang akan menggamit pertolongan Allah dan keberkatan daripada~Nya.

Tiada lain caranya untuk menerapkan adab dan akhlak yang mulia dalam diri manusia, iaitu dengan melakukan dakwah dalam keluarga diri kita dahulu. Bentuk dan didiklah anak-anak kita beradab dan berakhlak sedari kecil lagi. Andaikata kita berjaya mendidik lima orang anak, pasti kita telah menyelamat lima bakal pelaku kerosakan dan melahirkan lima orang pencetus kebaikan dan kebajikan di atas muka bumi penyebab kepada turunnya redha dan rahmat Allah SWT. Jika 10 juta pasangan membaiki zuriat keturunannya sendiri, bayangkan berapa juta akan adanya orang-orang baik atas muka bumi ini. Orang-orang inilah yang akan menukarkan segala-galanya tanpa kita perlu penat, tanpa perlu permusuhan, tanpa perlu menyakiti sesiapa pun di atas muka bumi ini. Inilah yang Rasulullah s.a.w. ajarkan kepada kita.

Dan pastilah hasilnya nanti kita tidak akan melihat dan mendengar lagi pelajar menumbuk guru, takkan ada lagi penagih dadah, takkan ada yang sewenang-wenangnya membuka aurat dan berpakaian ketat ketika keluar rumah, takkan ada lagi yang berani keluar berdua-duaan dengan yang bukan mahramnya, mereka jauh dari segala maksiat kerana sudah terbit dalam hati anak-anak kita akan kecintaan kepada Allah dan Rasul.

Maka apabila keadaan ini terjadi, kehidupan kita semuanya akan menjadi tenang, aman dan bahagia kerana hidup dalam lingkungan orang-orang yang baik yang menjaga hukum Allah dengan begitu berhati-hati. Namun, jika kita leka memandang perkara ini sambil lewa, sudah tentu semakin ramai orang yang derhaka kepada Allah SWT dan semakin banyaklah kerosakan yang akan berlaku di muka bumi ini. Hidup semakin sempit lantaran hidup di dalam lingkungan orang-orang yang melupakan Allah Taala dan sudah tentu rahmat kasih sayang~Nya semakin jauh.

Allah SWT telah membuka ruang ini kepada kita amat luas. Ampunan dan kasih sayang~Nya sentiasa mengiringi orang-orang yang mahu berubah dan mahu kembali kepada~Nya dengan kejayaan. Tiada lain selain mengikuti jejak dan akhlak yang telah Rasulullah s.a.w. tinggalkan kepada kita semua.

Teman, ayuh bangkitlah, berusahalah ke arah murni ini..

Friday, April 08, 2011

Pesan terakhir Imam Al-Ghazali


بسم الله الرحمن الرحيم

Sahabat...

Imam Ghazali terjaga awal pada pagi itu dan sebagaimana biasanya melakukan solat dan kemudian beliau bertanya pada adiknya, “Hari apa hari ini?”

Adiknya pun menjawab, “Hari Isnin.”

Beliau kemudian meminta kepadanya untuk mengambil sejadah putihnya, beliau menciumnya, menebarkannya dan kemudian berbaring di atasnya sambil berkata lembut, “Ya Allah, hamba mematuhi perintah~Mu,”

...dan beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Di bawah bantalnya mereka menemukan bait-bait berikut, ditulis oleh Al-Ghazali ra., barangkali pada malam sebelumnya.

“Katakan pada para sahabatku, ketika mereka melihatku mati,
menangis untukku dan berduka bagiku.
Janganlah mengira bahawa jasad yang kau lihat ini adalah aku.

Dengan nama Allah, kukatakan padamu, ini bukanlah aku,
Aku adalah jiwa, sedangkan itu hanyalah selonggok daging.

Jasad itu hanyalah rumah dan pakaianku sementara waktu.
Aku adalah harta karun, azimat yang tersembunyi,
Dibentuk oleh debu, yang menjadi singgahsanaku,

Aku adalah mutiara, yang telah meninggalkan rumahnya,
Aku adalah burung, dan badan ini hanyalah sangkarku.

Dan kini aku lanjut terbang dan badan ini kutinggal sebagai kenangan.
Puji Tuhan, yang telah membebaskan aku.

Dan menyiapkan aku tempat di syurga tertinggi,
Hingga hari ini, aku sebelumnya mati, meskipun hidup di antaramu.

Kini aku hidup dalam kebenaran, dan pakaian kuburku telah ditanggalkan.

Kini aku berbicara dengan para malaikat di atas,
Tanpa hijab, aku bertemu muka dengan Tuhanku.
Aku melihat Lauh Mahfuz, dan di dalamnya aku membaca
Apa yang telah, sedang dan akan terjadi.

Biarlah rumahku runtuh, baringkan sangkarku di tanah,
Buanglah sang azimat, itu hanyalah sebuah kenang-kenangan, tidak lebih

Sampingkan jubahku, itu hanyalah baju luarku,
Letakkan semua itu dalam kubur, biarkanlah terlupakan
Aku telah melanjutkan perjalananku dan kalian semua tertinggal.

Rumah kalian bukanlah tempatku lagi.
Janganlah berfikir bahawa mati adalah kematian, tidak,
itu adalah kehidupan,

Kehidupan yang melampaui semua mimpi kita di sini,
Di kehidupan ini, kita diberikan tidur,
Kematian adalah tidur, tidur yang diperpanjangkan

Janganlah takut ketika mati itu mendekat,
Itu hanyalah keberangkatan menuju rumah yang terberkati ini
Ingatlah akan ampunan dan cinta Tuhanmu,

Bersyukurlah pada kurnia~Nya dan datanglah tanpa takut.
Aku yang sekarang ini, kau pun dapat menjadi
Kerana aku tahu kau dan aku adalah sama
Jiwa-jiwa yang datang dari Tuhannya

Badan-badan yang berasal sama
Baik atapun jahat, semua adalah milik kita
Aku sampaikan pada kalian sekarang pesan yang menggembirakan
Semoga kedamaian dan kegembiraan Allah menjadi milikmu selamanya.



Sumber: www.ghazali.org

Tuesday, April 05, 2011

Jangan tinggalkan sunnah..


بسم الله الرحمن الرحيم


Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tunaikanlah kewajipan dari Allah atasmu, nescaya kamu menjadi manusia paling mengabdi! Jauhilah segala larangan Allah, nescaya kamu menjadi manusia paling warak! Senangilah untuk orang lain apa yang kamu senangi untuk dirimu, nescaya kamu menjadi mukmin.'

Itulah gambaran mukmin sempurna yang benar-benar layak disebut beriman kerana telah mengamalkan ketiga-tiga perbuatan di atas. Sungguh, cukuplah itu semua sebagai kesibukan.

Berkata Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a., "Engkau takkan mengagungkan sesuatu yang dianggap rendah oleh Allah, takkan memuliakan sesuatu yang dianggap hina oleh~Nya, takkan meremehkan sesuatu yang dianggap bererti oleh~Nya, takkan berhubungan dengan sesuatu yang seharusnya dijauhi, dan takkan menegakkan sesuatu yang seharusnya dihancurkan."

Daripada Mu’adz bin Jabal r.a., beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman: “Wajib mendapatkan kecintaan~Ku orang-orang yang saling mencintai kerana Aku, dan yang saling berkunjung kerana Aku, dan yang saling berkorban kerana Aku.” [Riwayat Ahmad]

Maka hendaknya kita sentiasa menjaga dan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah s.a.w. setiap hari terutamanya sunnah-sunnah yang tersebut di bawah ini.

PERTAMA : Dirikan solat sunat tahajjud, kerana kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya. Firman Allah s.w.t bermaksud: “Dan dari malam, hendaklah engkau bertahajud (tinggalkan tidur untuk solat) semoga Tuhanmu mengangkat kamu pada kedudukan yang terpuji.’ [QS Al-Isra': Ayat 79]

KEDUA : Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu subuh. Sebelum melangkah ke mana pun langkahkan kaki ke masjid, kerana masjid merupakan pusat keberkahan, bukan kerana panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

KETIGA : Bacalah Al-Qur'an sebelum terbit matahari. Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata melihat dan membaca Al-Qur'an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

KEEMPAT : Jaga solat dhuha, kerana kunci rezeki terletak pada solat dhuha.

KELIMA : Jaga sedekah setiap hari. Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

KEENAM : Sentiasalah dalam keadaan berwudhu terus menerus kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Berkata khalifah Ali bin Abu Thalib, "Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah."

KETUJUH : Amalkan istighfar setiap saat. Dengan beristighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita, akan dijauhkan oleh Allah.

"Jagalah batinmu dengan merasakan kehadiran Allah, dan jagalah lahirmu dengan mengikuti sunnah Rasulullah s.a.w."

"Kebaikan itu adalah dalam menghadap kepada~Nya, dan keburukan itu adalah kerana berpaling dari~Nya. Setiap amal yang kamu harapkan upahnya adalah untukmu, dan setiap amal yang dilakukan kerana Dia bererti untuk~Nya. Jika kamu beramal dan meminta ganti, maka balasannya adalah makhluk. Jika kamu beramal untuk mencari redha Allah swt., balasannya adalah kedekatanmu dengan~Nya dan memandang kepada~Nya, kemudian kamu tidak akan meminta ganti atas semua amalmu. Apalah ertinya dunia, akhirat, dan segala sesuatu selain Dia, jika dibandingkan dengan Dia?" {Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani}

Teman, tingkatkan amal kalian sebelum kembali kepada~Nya.

Friday, April 01, 2011

Tutuplah makanan dan minuman


بسم الله الرحمن الرحيم

RASULULLAH s.a.w. pernah bersabda, “Tutuplah bekas makanan dan minuman kamu pada malam hari. Setiap tahun ada satu malam yang padanya diturunkan wabak. Tidak akan lalu (melintasi) wabak itu ke atas bekas makanan atau minuman yang tidak ditutup kecuali ia (wabak) masuk ke dalamnya.” [HR Muslim]

Dalam satu hadis lain Rasulullah s.a.w. menyebut, “Tutuplah bejana (makan/minuman) kamu pada waktu malam walaupun dengan sebatang lidi.”

Hadis yang dibincangkan berkenaan suruhan Rasulullah s.a.w. agar menutup bekas makanan dan minuman menunjukkan lafaz yang umum. Iaitu wabak (penyakit) diturunkan pada satu malam dalam setahun, dan tidak dinyatakan secara spesifik waktunya. Berbeza dengan malam al-Qadar yang diturunkan dalam tempoh tertentu pada bulan Ramadhan.

Hal ini bermakna menjadi kemestian kepada kita mengelakkan penyakit ini kerana tenaga dari langit berupa wabak merupakan sebahagian daripada tenaga yang jahat. Tenaga jahat ini apabila bertembung dengan unsur bumi akan kalah walaupun sebatang lidi tidak dapat menutup bekas secara keseluruhan. Maka apakah jika wabak itu tidak menjangkiti manusia, dia akan musnah? Tenaga ini akan berpindah ke alam lain dan datang semula pada waktu (suatu malam pada tahun berikutnya). Hal ini samalah dengan hayat buraq yang membawa Rasulullah s.a.w. dalam peritiwa Isra'. Buraq itu asalnya pada zaman Nabi Ibrahim a.s. Selang waktu antara Nabi Ibrahim a.s. dengan Nabi Muhammad s.a.w. ialah 31 tahun. Maka ke manakah buraq itu dalam tempoh yang begitu panjang? Jawabnya ia berpindah ke alam lain.

Dengan mencermati hadith di atas, dapat difahami bahawa menutup makanan dan minuman, dan disertai dengan bacaan Basmalah, dapat menjauhi dua penyebab utama bagi segala penyakit:

1. Perbuatan dan kejahatan syaitan.
2. Wabak penyakit yang turun dan menyebar melalui udara.

Imam An Nawawi berkata: "Para ulama' menyebutkan beberapa faedah dari perintah menutup makanan dan minuman, di antaranya yang ditegaskan pada hadith-hadith ini, iaitu:

1. Menjaganya (makanan dan minuman) dari syaitan, kerana syaitan tidak dapat menyingkap penutup makanan dan minuman sekali pun hanya dengan sebatang lidi.
2. Menjaganya dari wabah yang turun pada satu malam di setiap tahun.
3. Menjaganya makanan dan minuman dari terkena najis dan kotoran.
4. Menjaganya dari berbagai serangga dan binatang melata, kerana bisa saja serangga jatuh ke dalam bejana atau geribah, lalu ia meminumnya, sedangkan ia tidak menyedari kehadiran serangga tersebut, atau ia meminumnya pada malam hari, (sehingga ia tidak melihatnya) akibatnya ia terganggu dengan binatang tersebut."

Imam An Nawawi juga menjelaskan bahawa syari'at menutup makanan dan minuman bukan hanya berlaku pada malam hari, akan tetapi juga berlaku pada siang hari, berdasarkan keumuman teks hadith di atas.

Dalam hadith lainnya, Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ


“Bila hari telah senja laranglah anak-anak keluar rumah, kerana ketika itu syaitan berkeliaran. Dan bila sudah masuk sebahagian waktu malam maka biarkanlah mereka. Tutuplah pintu dan sebut nama Allah, kerana syaitan tidak dapat membuka pintu yang tertutup (dengan menyebut nama Allah). Tutup semua kendi kalian dengan menyebut nama Allah dan tutuplah bejana kalian dengan menyebut nama Allah, sekalipun dengan membentangkan sesuatu di atasnya, dan padamkan lentera kalian (ketika hendak tidur).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Sekian, semoga ada manfaatnya.