بسم الله الرحمن الرحيم
“Janganlah kalian berguru atau bersahabat dengan orang yang tidak membangkitkan dirimu dan menunjukkan kepada Allah, baik keadaan rohani (haal) maupun kata-katanya. Ketika kalian berbuat buruk, ia memberitahu kalau perbuatan itu baik bagi kalian, kerana sesungguhnya kalian telah bergabung pada orang yang lebih buruk daripada diri kalian.”
Orang yang tidak membangkitkan dirimu, tingkah laku rohani maupun ucapannya yang bisa menunjukkan kepada Allah adalah orang yang sesungguhnya belum menempati posisi hakikat, belum mampu menghilangkan hasratnya dari sesama makhluk, bahkan dia lebih rela pada kepentingan dirinya.
Walaupun orang tersebut sangat luas pengetahuannya, sangat banyak ibadahnya, sangat dalam pemikirannya, sungguh orang yang demikian biasanya sangat menaruh kepercayaan kepada ikhtiar amalnya, dan memuji dirinya sendiri.
Sebaliknya orang yang bisa membangkitkan diri kalian, tindakan, tingkah laku jiwa maupun ucapannya menunjukkan diri kalian kepada Allah, adalah orang yang mampu menghilangkan pengantungannya terhadap sesama makhluk, sementara qalbunya penuh dengan Musyahadah terhadap hakikat Ilahiyah. Bahkan seandainya kalian memandang sejenak pun, kalian menjumpainya sangat sibuk dengan kepentingan Allah, bersama Allah, dan ketika ia bicara seluruh ucapannya sentiasa menuju satu titik simpul: Allah.
Sulthanul Auliya’ Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily mengatakan, “Janganlah kalian berguru atau bergabung pada orang yang mementingkan dirinya dibanding diri kalian, kerana itu bisa tercela. Dan juga orang yang mementingkan dirimu dibanding dirinya, kerana hal itu tidak kekal.
Sufyan Astsaury berkata : "Siapa yang bergaul dengan orang banyak harus mengikuti mereka, dan siapa mengikuti mereka harus bermuka-muka pada mereka, dan siapa yang bermuka-muka kepada mereka, maka binasa seperti mereka pula."
Sahl bin Abdullah berkata : "Berhati-hatilah (jangan) berkawan dengan tiga jenis manusia iaitu Pemerintah yang kejam, Ahli quraa' yang bermuka-muka dan Orang Tasawuf yang bodoh tentang hakikat tasawuf."
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata : "Sejahat-jahat teman yang memaksa engkau bermuka-muka dan memaksa engkau minta maaf atau selalu mencari alasan."
Bergabunglah pada orang yang apabila menyebut sesuatu senantiasa menuju kepada Allah. Dan Allah mencukupi orang itu ketika orang itu ada, begitu juga Allah menggantikannya ketika orang itu tidak ada. Ucapannya adalah Cahaya Qalbu, dan Musyahadahnya adalah kunci-kunci keghaiban rahasia…”
Untuk mencari panutan, pemimpin atau bahkan sahabat dekat orang yang benar-benar tingkah laku dan ucapannya senantiasa menjurus kepada Allah saat ini memang sukar. Kerana di tengah-tengah pergumulan zaman yang gila ini, para tokoh ummat, para pemimpin Islam, para Ulama dan Kyai semakin payah yang mementingkan ummat untuk menuju kepada Allah. Mereka malah sebaliknya saling bergelora untuk mementingkan dirinya sendiri, mementingkan sanak keluarganya, mementingkan perutnya.
[Al-Hikam - Imam Ibnu Athaillah Askandari]
Hidupkanlah hati dan fikiranmu dengan menerima dan memperhatikan nasihat. Jadikanlah kesolehan sebagai penolong untuk menghilangkan keinginan-keinginan nafsumu yang tidak terkendali. Binalah budi pekertimu dengan pertolongan keyakinan yang tulus pada agama dan Allah.
Wallahu'alam
Orang yang tidak membangkitkan dirimu, tingkah laku rohani maupun ucapannya yang bisa menunjukkan kepada Allah adalah orang yang sesungguhnya belum menempati posisi hakikat, belum mampu menghilangkan hasratnya dari sesama makhluk, bahkan dia lebih rela pada kepentingan dirinya.
Walaupun orang tersebut sangat luas pengetahuannya, sangat banyak ibadahnya, sangat dalam pemikirannya, sungguh orang yang demikian biasanya sangat menaruh kepercayaan kepada ikhtiar amalnya, dan memuji dirinya sendiri.
Sebaliknya orang yang bisa membangkitkan diri kalian, tindakan, tingkah laku jiwa maupun ucapannya menunjukkan diri kalian kepada Allah, adalah orang yang mampu menghilangkan pengantungannya terhadap sesama makhluk, sementara qalbunya penuh dengan Musyahadah terhadap hakikat Ilahiyah. Bahkan seandainya kalian memandang sejenak pun, kalian menjumpainya sangat sibuk dengan kepentingan Allah, bersama Allah, dan ketika ia bicara seluruh ucapannya sentiasa menuju satu titik simpul: Allah.
Sulthanul Auliya’ Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily mengatakan, “Janganlah kalian berguru atau bergabung pada orang yang mementingkan dirinya dibanding diri kalian, kerana itu bisa tercela. Dan juga orang yang mementingkan dirimu dibanding dirinya, kerana hal itu tidak kekal.
Sufyan Astsaury berkata : "Siapa yang bergaul dengan orang banyak harus mengikuti mereka, dan siapa mengikuti mereka harus bermuka-muka pada mereka, dan siapa yang bermuka-muka kepada mereka, maka binasa seperti mereka pula."
Sahl bin Abdullah berkata : "Berhati-hatilah (jangan) berkawan dengan tiga jenis manusia iaitu Pemerintah yang kejam, Ahli quraa' yang bermuka-muka dan Orang Tasawuf yang bodoh tentang hakikat tasawuf."
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata : "Sejahat-jahat teman yang memaksa engkau bermuka-muka dan memaksa engkau minta maaf atau selalu mencari alasan."
Bergabunglah pada orang yang apabila menyebut sesuatu senantiasa menuju kepada Allah. Dan Allah mencukupi orang itu ketika orang itu ada, begitu juga Allah menggantikannya ketika orang itu tidak ada. Ucapannya adalah Cahaya Qalbu, dan Musyahadahnya adalah kunci-kunci keghaiban rahasia…”
Untuk mencari panutan, pemimpin atau bahkan sahabat dekat orang yang benar-benar tingkah laku dan ucapannya senantiasa menjurus kepada Allah saat ini memang sukar. Kerana di tengah-tengah pergumulan zaman yang gila ini, para tokoh ummat, para pemimpin Islam, para Ulama dan Kyai semakin payah yang mementingkan ummat untuk menuju kepada Allah. Mereka malah sebaliknya saling bergelora untuk mementingkan dirinya sendiri, mementingkan sanak keluarganya, mementingkan perutnya.
[Al-Hikam - Imam Ibnu Athaillah Askandari]
Hidupkanlah hati dan fikiranmu dengan menerima dan memperhatikan nasihat. Jadikanlah kesolehan sebagai penolong untuk menghilangkan keinginan-keinginan nafsumu yang tidak terkendali. Binalah budi pekertimu dengan pertolongan keyakinan yang tulus pada agama dan Allah.
Wallahu'alam